Apa Itu Culture Shock?!

 Culture Shock - Culture Shock juga biasa disebut dengan "Gegar Budaya". Meskipun begitu, masyarakat khususnya anak-anak muda jaman sekarang lebih sering menyebutnya Culture Shock. Culture Shock ini biasa terjadi pada diri kita ketika baru saja pindah atau sekedar mampir di daerah yang memiliki budaya yang berbeda jauh dengan kita.

Lalu sebenarnya, apasih Culture Shock itu?

Apa Itu Culture Shock?!

Melansir dari Wikipedia, Gegar budaya atau keterkejutan budaya merupakan istilah yang digunakan bagi menggambarkan kegelisahan dan perasaan (terkejut, kekeliruan, dll.) yang dirasakan apabila seseorang tinggal dalam kebudayaan yang sangat berbeda dengan budaya sebelumnya, seperti ketika berada di negara asing. 

Perasaan ini timbul akibat kesukaran dalam asimilasi kebudayaan baru, menyebabkan seseorang sulit mengenali apa yang wajar dan tidak wajar. Sering kali perasaan ini digabung dengan kebencian moral atau estatik yang kuat mengenai beberapa aspek dari budaya yang berlainan atau budaya baru tersebut.

Istilah ini mulai diperkenalkan pertama kali pada tahun 1954 oleh Kalvero Oberg. Peneliti lain yang kemudian meneruskan penyelidikan gegar budaya termasuk Michael Winkelman. Gegar budaya merupakan bagian penelitian dalam komunikasi antara budaya. Saat ini sebagian peneliti menunjukkan bahwa gegar budaya memberikan banyak keuntungan, seperti meningkatkan jati diri seseorang dan membantu meningkatkan motivasi diri.

Tahapan Culture Shock

Melansir dari Now Health International, terdapat 4 permulaan yang terjadi pada proses gegar budaya:

  1. Honeymoon Stage. Tahapan pertama ini terjadi pada kurun waktu mulai dari minggu pertama hingga minggu keempat atau ketika telah genap satu bulan. Permulaan gegar budaya atau Honeymoon Stage ini akan memberikan perasaan euphoria dan kebahagiaan karena ada rasa tertarik ketika tinggal di luar negeri atau tempat budaya lain. Kekaguman dan perasaan euphoria tersebut bisa disebabkan karena lingkungan yang berbeda, panorama yang indah, kemajuan teknologi modern, hingga beragam tradisi dan kebiasaan unik yang berkembang pada daerah tersebut. Permulaan pertama gegar budaya akan meninggalkan pengalaman-pengalaman yang sangat menyenangkan, namun permulaan awal tidak akan berlangsung lama.
  2. Negotiation Stage, seorang perantau akan mulai merasakan frustasi dan menemui beragam rintangan maupun kesulitan yang terasa tidak ada ujungnya. Misalnya adalah ketika seseorang kebingungan harus memenuhi kebutuhan makan dengan membeli di restoran mana, tersesat saat jalan pulang, tidak terbiasa dengan pola hidup yang ada, dan lain sebagainya. Terjadinya perubahan kondisi antara kampung halaman seseorang dengan pola hidup di daerah baru saat belajar di luar negeri tentu saja akan membuat seseorang merasa putus asa dan rindu ingin kembali ke kampung halaman. Tidak jarang pada fase ini seseorang akan mengalami penurunan kesehatan pula.
  3. Adjustment Stage, merupakan fase dimana seseorang atau individu telah berada pada daerah baru dalam kurun waktu lebih dari 6 bulan. Kalian akan mulai menerima kenyataan dan berdamai dengan realita yang ada. Perlahan-lahan diri kalian bisa menyesuaikan dan memahami situasi lingkungan yang ada. Pada tahap ini biasanya perantau akan mulai membangun networking dengan masyarakat sekitar dan berusaha mempelajari bahasa, budaya, dan pola hidup yang ada dengan lebih bersungguh-sungguh.
  4. Adaptation Stage merupakan tahap keempat di mana tahap ini merupakan tahap terakhir gegar budaya selama di luar budaya kita sebelumnya. Seseorang akan mulai merasa nyaman dengan segala situasi hidupnya meskipun tempat tinggalnya adalah tempat yang asing. Meskipun sudah tidak ada euphoria seperti pada tahap pertama, seseorang yang telah berada pada tahap Adapation Stage akan merasa lebih nyaman dan bahagia menetap pada tempat tinggal barunya.

Gejala Culture Shock

Ada berbagai gejala gegar budaya yang dialami oleh seseorang. Pada umumnya, gejala yang sering dijumpai adalah adanya perasaan bosan terhadap kondisi lingkungan yang ada dan kehidupan barunya. Perasaan bosan ini muncul karena merasa tidak lagi ada hal menarik yang bisa ditemukan pada daerah baru tersebut karena perasaan euphoria telah berakhir.

Kemudian gejala selanjutnya adalah perilaku yang cenderung memilih untuk menarik diri dari kehidupan sosial yang ada di dalam lingkungan barunya. Hal ini dikarenakan seorang perantau akan merasa frustasi dengan lingkungan barunya dan tidak ingin menambah beban hidup atau permasalahan sehingga lebih baik berdiam di dalam tempat tinggal dan menarik diri dari lingkungan sosial.

Menangani Culture Shock

Bagi kalian yang merasa masuk atau berencana bepergian jauh yang memungkinkan akan masuk dalam Culture Shock atau Gegar Budaya ini, beberapa cara dibawah mungkin bisa kalian lakukan.
  1. Membaca mengenai negara dan kebudayaannya tujuan sebelum berangkat. Dengan cara ini, negara dan penduduknya lebih dikenali ketika tiba di sana. Dengan itu mereka akan lebih memahami perbedaan dalam negara baru dan dengan itu lebih bersedia bagi menanganinya apabila mungkin (contohnya bagaimana cara mengucap salam dan mengawali perkataan sebelum mengajak mengobrol).
  2. Berpikir terbuka mengenai budaya yang didatangi.
  3. Ambil masa istirahat atau mengasingkan diri dari pertukaran budaya untuk mengurangkan keterkejutan sambil menyesuaikan diri.